Wamil di Zaman Pra-Modern
Wajib militer sudah dipraktekkan sejak awal peradaban: di Mesir kuno, Cina kuno, Babilonia, Romawi, dll. Penguasa mewajibkan rakyatnya memanggul senjata itu adalah HAL YANG WAJAR dan biasa-biasa saja di zaman dulu. Tapi lo juga harus paham, wamil di jaman dahulu kala itu jauh dari wamil di zaman modern. Di zaman kuno, pada umumnya wamil itu lebih tepat disebut "wajib berperang untuk penguasanya, bukan untuk bangsa atau negaranya". Kenapa bisa begitu? Karena konsep kenegaraan, kebangsaan, nasionalitas, kecintaan terhadap sebuah sistem politik itu relatif tidak berlaku secara kolektif pada setiap lapisan masyarakat. Nah, oleh karena itu gua wamil dalam artikel ini hanya dalam konteks wamil modern, khususnya dimulai dari sejarah Eropa di akhir abad 18.
Penerapan wamil di era modern bisa dibilang bermulai di Eropa pada abad 18, pada saat itu definisinya wamil tidak lagi menjadi bentuk 'pemaksaan' pelarian bentuk gerakan 'sukarela' dari orang-orang Eropa sebagai bentuk pengabdian pada kerajaannya. Inilah faktor pembeda yang paling mendefinisikan wamil zaman kuno dengan zaman modern, dimana rakyat sudah memiliki kesadaran untuk memperoleh tanah airnya agar siap mengorbankan nyawa demi kehidupan yang lebih baik bagi negara dan anak-cucu mereka. Tapi di sisi lain, Raja-raja di Eropa memang memiliki sifat sipil itu tidak harus sampai beramai-ramai. Lebih baik, rakyat sipil sebagai penggerak roda ekonomi saja, menggarap sumber daya alam, berdagang, dll untuk nanti memberi pajak kepada negara. Sementara itu,
Salah satu contoh penerapan kebijakan ini dilakukan oleh Prussia di tahun 1700an, dimana 2/3 tentaranya merupakan bayaran bayaran asing, sementara 1/3 adalah warga asli Prusia. Baiklah, sekilas ini kebijakannya ini kesannya cukup cerdik ya, "Biar peperangan orang orang yang sedang!" Katanya. Eit, tapi tunggu dahulu! Implementasi kebijakan seperti ini tidak bisa dilihat dalam teori sederhana saja, tapi juga harus melibatkan fakta di lapangan jika peperangan dilakukan oleh orang asing (baca: orang yang tidak memiliki rasa kecintaan terhadap negara).
PS. Prusia adalah nama kuno Jerman, sebelum negara Jerman modern lahir di tahun 1871.
Pada jawab, "Menyewa tentara bayaran asing" pada abad 18 itu tidak bisa diartikan dengan "Menyewa tentara profesional". Kenapa? Karena tentara bayaran yang akhirnya disewa tidak jarang main isak tawa perang, residivis, berandalan, pelaku kriminal, hingga psikopat, baik dari dalam negeri maupun dari pihak asing. Bisa dibayangkan tentang kacaunya peperangan karena alas tentara bayaran ini mereka yang bisa tetap disiplin dalam situasi lapangan. Lepas? Ini sangat banyak, para para yang kocar-kacir kabur dalam situasi genting, para atasan harus selalu waspada karena mereka tidak bisa 100% percaya pada bawahannya sendiri,
Akhirnya, kebijakan perekrutan tentara bayaran asing dalam bentuk sistem pertahanan ini mulai dipertanyakan. Puncaknya adalah saat revolusi Perancis pecah pada akhir abad 18.
Wamil Modern Pertama: Revolusi Perancis dan Perang Napoleon (1789 - 1813)
Pada akhir abad 18, sebuah peristiwa yang sangat besar di Eropa ketika rakyat Perancis mengambil tindakan revolusi dengan menggulingkan pemerintahan Kerajaan yang dipimpin oleh Raja Louis XVI untuk kemudian menjadi momen peralihan bagi sistem monarki menjadi Republik. Revolusi Prancis ini sangat banyak melibatkan lapisan masyarakat yang secara masif turun ke jalan-jalan, membawa berbagai macam senjata seperti cangkul, golok, tombak, tongkat, dsb. Sampai pada salah satu momentum krusialnya adalah penyerangan penjara Bastille yang menjadi simbol kekuasaan Kerajaan Perancis, melakukan eksekusi publik para bangsawan yang menyengsarakan rakyat, dll.

Kerajaan Perancis runtuh menjadi Republik Perancis dengan cara yang sangat dramatis sekaligus pada tanggal 22 September 1792. Melihat bentuk revolusi seperti itu, raja-raja dan kaum bangsawan lain di Eropa dan pesisir Mediteranian kaget, ngeri, sekaligus takut kejadian serupa di kerajaannya. Puncak kekahwatiran ini pecah saat Kerajaan Prusia , Austria , Belanda, Inggris, Spanyol, Utsmani, dll. beramai-ramai mengirim tentaranya untuk menjatuhkan Republik Perancis, sebuah bentuk politik yang baru saja lahir dari revolusi rakyat. Akhirnya, pengeroyokan Republik Perancis dalam sejarah dikenal dengan nama " Perang Revolusi Perancis " (1792 - 1802).
Dikeroyok sangat banyak kerajaan, mau mau mau mau tambah jumlah tentaranya. Masalahnya, jumlah tentara yang mendaftar TERLALU SEDIKIT. Maka, pemerintah Republik dengan mencanangkan program wajib militer nasional. Semua warga pria yang sudah dewasa WAJIB pelatihan militer, dan harus siap dipanggil ke medan perang! Rakyat Perancis yang baru saja berhasil melakukan revolusi dan membangun Republik ini terbilang semangat kebersatuan yang sangat tinggi untuk mempertahankan entitas politik yang baru mereka capai. Sampai akhirnya, tahun 1793, sebanyak 300 ribu orang Perancis tercatat sebagai program berkatulan wamil ini.
Perang revolusi perancis meletus. Tapi perang ini agak berbeda dengan perang-perang sebelumnya di wilayah Eropa dan mediteranian. Republik Perancis dibela oleh rakyatnya untuk kepentingan dan tujuan yang jelas, yaitu mempertahankan bangsa dan negara hasil revolusi yang telah mereka raih jerih payah dari rezim monarki yang sewenang-wenang. Sementara musuh-musuhnya terdiri dari para tentara bayaran yang disuruh oleh para raja-raja mereka karena bentuk alasan kepentingan politis elit, sementara motivasi pribadi para tentara bayaran asing ini, buangan pemburu untuk berperang, merampok, dan pembunuhan.

Hasil gimana Perancis di bawah Napoleon Bonaparte berhasil menghimpun tentara hasil didikan wamil menjadi Grandee Armee -nya yang sangat terkenal karena berhasil menaklukan hampir seluruh Eropa dalam perang Napoleion (1803 - 1815). Negara-negara Eropa yang lain kaget karena tentara bayaran mereka kalah pada perang seperti Ulm , Austerlitz , Jena-Auerstädt, dll. Di sisi lain, para psikolog perang berpendapat bahwa kejayaan bahasa Perancis di bawah Napoleon ini banyak ditinjau oleh kondisi gereja tentaranya yang memang bertempur demi negara dan bangsanya. Para jendral perang pun bisa mempercayai para bawahan dengan lengkap, mereka bisa lebih leluasa untuk bisa ikut dalam rencana-rencana krusial di lapangan, seperti mengintai lawan, terpisah dari pasukan induk, dll.
Kejayaan Republik Perancis terus berkembang dalam bentuknya untuk melawan - lawan Napoleon mencari metode wajib militer ini: merekapun memulai program wajib militer di negara mereka masing-masing. Mereka mengobarkan semangat nasionalisme, semangat bertempur untuk bangsa dan negara mereka, dengan slogan:
"Mari kita angkat senjata demi melawan penjajah Prancis yang ingin menguasai Eropa!"
Dengan wamil, mereka bisa merekrut lebih banyak tentara dari Napoleon, tidak hanya tentara bayaran yang bisa siap kabur dan tidak disiplin, pelaut tentara-tentara yang siap berjuang demi tujuan bersama, yaitu melawan sang penjajah bahasa Prancis.
Hingga akhirnya pertempuran besar tentara Napoleon dan lawan-lawannya di Leipzig tahun 1813 disebut " Pertempuran Bangsa-Bangsa " atau "Pertubah Bangsa-Bangsa". Karena tidak seperti sebelumnya, kedua belah pihak yang bertempur adalah tentara yang berjuang demi bangsanya melalui wamil. Perancis akhirnya kalah dalam laga ini, dan musiman kemudian, lawan-lawan Napoleon merebut Paris.
Dari sini, kita bisa melihat sisi yang menarik dari perspektif sejarah, yang ternyata program wajib militer yang benar-benar diperlukan Republik Perancis mempertahankan negara hasil revolusi mereka dari keroyokan Kerajaan-kerajaan lain di Eropa, wajib militer jugalah yang berperan dalam setiap kemenangan Napoleon untuk menaklukkan Eropa. Ironisnya, wamil jugalah yang mau lawan-lawannya untuk menaklukan Napoleon.
Peran Wamil pada Perang Saudara Amerika (1861 - 1865)
Dari Eropa kita sekarang sisi bagian dunia yang lain, yaitu benua Amerika yang sedang diliputi perang saudara ( perang saudara ) antar pemerintah AS yang pada waktu itu dipimpin oleh Abraham Lincoln , atau biasa lebih mudah disebut dengan "Kubu Utara". Melawan para pemberontak Yang menamai Dirinya Negara Bagian Konfederasi ( S tates Konfederasi) Yang dipimpin Oleh Jefferson Davis , ATAU LEBIH Mudah disebut DENGAN "Kubu Selatan".
Apa sih yang diributin oleh pihak pemerintah dengan pihak pemberontak? Perang saudara ini pada intinya dipicu oleh rencana tata sistem perbudakan oleh pihak pemerintah (Abraham Lincoln). Sementara itu, pihak kubu selatan merasa adanya sistem perombakan itu konyol dan melanggar hak konstitusi mereka. Akhirnya kubu selatan membentuk aliansi di bawah nama Negara Konfederasi untuk melakukan pemberontakan di bawah kepemimpinan seorang politikus pro-perbudakan Jefferson Davis .

Penghimpunan tentara pemberontak oleh kubu selatan pun didasari atas alasan kepentingan sebagian tuan tanah yang tidak mau kehilangan para budak-budak keturunan Afrika dan Native American, termasuk Jefferson Davis itu sendiri yang memiliki ratusan budak di bisnis perkebunan . Di sisi lain, pihak pemerintah dari kubu khawatir dengan jumlah pihak yang memberontak yang semakin banyak untuk bisa memberlakukan program wajib militer pertama dalam sejarah Amerika Serikat. Para orang Amerika yang pro-pembebasan budak, dicintai oleh para mantan budak dari berbagai macam suku dan ras, seperti Afro-Amerika, Amerika Asli, Amerika Latin, dan Pasifik-Islander ( Pasukan Berwarna Amerika ) akhirnya bersatu bahu-membahu ayat Amerika di bawah cita-cita bersama yaitu:
"Ayo berjuang demi Amerika yang bebas (bebas)! Amerika yang bebas dari sistem perbudakan!"
Akhirnya, perang berakhir dengan kemenangan pihak pemerintah (kubu utara). Sejak saat itu sistem perbudakan di Amerika dihapuskan, teritorial desentralisasi diberlakukan, pembubaran konfederasi serikat, dan awal era . Sekali lagi, sistem wamil ini berperan penting dalam menentukan kemenangan dan juga sejarah bagi peradaban dunia.
Peran Wamil pada Perang Franco-Prusia: Unifikasi Jerman (1870-1871)

Setelah selesainya perang Napoleon, Perancis mengubah sistem wamilnya. Apanya yang berubah? Sebelumnya Perancis memberlakukan wamil universal, dimana seluruh warga negara dewasa wajib diharap negaranya. Setelah perang Napoleon, Perancis merasa sistem wamil universal itu terlalu banyak biaya, hingga akhirnya mereka menerapkan wajib militer selektif. Wah, pada bedanya wamil universal dan wamil selektif? Bedanya adalah wamil selektif tidak mewajibkan seluruh lapisan masyarakat untuk mantra negaranya dalam perang. Tapi hanya sebagian masyarakat saja, sementara kekosongan jumlah tentara bisa ditambal dengan tentara bayaran.
Sekilas dari perspektif strategi perang, mungkin ini bisa jadi taktik efisiensi yang cukup tepat. Tapi pada realitas, ternyata penerapan wamil selektif ini membawa dampak yang buruk dalam kondisi dan kualitas dari sistem pertahanan mereka. Dengan adanya celah tidak semua orang perlu ikut ikut ikut serta, rasa kebersatuan dan nasionalisme menjadi terpecah-belah. Para bangsawan yang terdidik dan cerdas mencoba macam macam cara (uang) untuk anak-anak mereka .
Akhirnya apa yang terjadi? Kualitas selaku yang tidak memiliki kapasitas intelektual. Skema ini akhirnya benar-benar menjadi masalah besar saat di tahun 1870, Prusia bergerak untuk menyatukan negara-negara tetangganya. Perancis merasa penyatuan ini berbahaya, dan akhirnya kedua negarapun berperang dalam perang Franco-Prusia (1870 - 1871) .
Ada banyak hal yang memang menjadi faktor penentu dalam sebuah perang, tapi jika dilihat dari satu sisi yang kita bahas di sini, yaitu penerapan wajib militer. Ternyata menerapkan Wamil di Prussia masih menggunakan sistem yang mirip dengan Napoleon yang tidak tahan sistem pertahanannya dari kaum intelektual dengan kelas tidak terdidik. Sementara itu Perancis telah menerapkan sistem wamil selektif. Bisa saja bisa ditebak: Perancis mengalami kekalahan besar dengan Prusia dan sekutunya, Kaisar Perancis ( Napoleon III ) tertawan setelah tentaranya kalah total di battle Sedan , hingga para sekutu berhasil merebut istana Versailles , istana termegah di Perancis dan memproklamirkan berdirinya negara Jerman modern.
Dari sini, mungkin kita bisa belajar dari hal yang cukup ironis dalam sejarah. Di satu sisi, adalah manusiawi jika kalangan terdidik dan para cendekiawan tidak mau mengorbankan nyawa dalam peperangan, tapi di sisi perspektif sejarah militer, ternyata sistem pertahanan yang dimiliki oleh kaum intelektual memang memiliki keunggulan yang signifikan antara tentara yang hanya dimiliki oleh kaum kurang terdidik. Hal ironis ini mengingatkan gua pada salah satu kata-kata dari seorang ahli sejarah Yunani kuno, Thucydides :
"Bangsa yang menarik garis batas antara petarungnya dengan pemikirnya, pertarungannya akan dilakukan oleh orang bodoh, dan pemikirannya akan dilakukan oleh pengecut." - Thucydides
Wajib Militer Pasca Perang Dunia
Setelah perang dunia 2 berakhir tahun 1945, kebijakan program wajib militer masih sempat dipraktekan di beberapa negara Barat, termasuk Eropa dan Amerika. Di satu sisi, AS masih menggunakan sistem wamil (selektif) dalam perang Vietnam yang akhirnya kalah melawan Vietnam Utara yang memberlakukan wamil universal.
Sementara itu, perang pasca perang dunia antarnegara masih terus dirasakan oleh negara-negara Eropa, buletin perangSoviet antara Uni Soviet dengan AS. Namun, sangat perang dingin berakhir yang oleh runtuhnya Uni Soviet tahun 1991, negara-negara Eropa Barat mulai beroperasi di negaranya. Berikut adalah beberapa negara Barat yang sudah dihapus sistem wamil di zaman modern.
- Amerika Serikat menghapus wamil tahun 1973
- Wamil tahun 1996
- Belanda wamil tahun 1996
- Spanyol wamil tahun 2001
- Portugal menghapus wamil tahun 2004
- Belgia wamil tahun 2008
- Jerman menghapus wamil tahun 2011
Sampai saat ini (tahun 2015), dunia Barat yang masih menerapkan sistem wamil itu cuma Swiss, Austria, Norwegia, dan Finlandia.
Apa yang kita dapat dari sejarah wamil?
Kebijakan wajib militer memang memberikan kita sebuah perspektif yang cukup ironis. Di satu sisi, memang hampir semua orang yang waras menginginkan perdamaian di dunia ini, dan gua juga paham jika seseorang menghindari konfrontasi militer yang membahayakan nyawanya. Tapi di sisi lain, kalau kita memandang dari perspektif sejarah militer, mau tidak mau kita harus menjaganya rupanya kebijakan sistem ini sudah banyak memberikan kontribusi dalam peradaban dunia modern kita.
Wamil membuat sistem negara menjadi lebih kuat dari segi kuantitas dan kualitas, dimiliki tentara yang banyak dan kapasitas intelektual yang baik.
Tapi di sisi lain, ada satu lagi catatan penting dalam penerapan wamil yaitu rasa kebersatuan akan menjadi cita-cita bersama, membawa rakyat Perancis ingin mempertahankan revolusi yang telah mereka capai, dan rakyat AS yang menginginkan perubahan dengan menghapus sistem perbudakan.
Nah, sekarang bagaimana perannya wajib militer di masa depan? Terus terang, kita tidak bisa menebak, tapi minimal yang bisa kita lakukan adalah melihat sejarah. Kedamaian memang suatu kondisi yang dicita-citakan hampir setiap manusia, tapi dalam sejarah peradaban, selalu ada pihak-pihak yang merusaknya. Masalah terbesar dalam menciptakan perdamaian adalah: untuk berdamai, kedua pihak harus bekerja sama. Untuk berperang, cukup satu pihak saja yang disebutkan perang. Maka semua pihak yang ingin kedamaian, mau tidak mau harus siap mempertahankannya.
Penafian : pada artikel ini, sebetulnya gua bukan keinginan kita semua harus selalu siap berperilaku dengan peralatan militer. Melainkan hanya sekedar berbagi sharing tentang kisah hukum . Semoga cerita gua di atas bisa menambah pengetahuan lo semua dalam melihat sejarah peradaban dunia.
Sumber:
Angelo Codevilla & Paul Seabury: Perang: Ends dan Sarana 2 nd Edition
Rupert Smith: Utility of Force: Seni Perang di Dunia Modern
http://nasional.sindonews.com/read/1052520/14/menko-polhukam-tegaskan-bela-negara-bukan-wajib-militer-1444650952
http://www.radartasikmalaya.com/berita/baca/1745/setengah-penduduk-wajib-bela-negara.html
http://www.voaindonesia.com/content/tni-ad-pastikan-bela-negara-bukan-wajib-militer/3013428.html
http://nasional.kompas.com/read/2015/10/19/10282791/Program.Bela.Negara.secara.Sukarela.Tak.Ada.Sanksi.bagi.yang.Tak.Ikut?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign= Kknwp
http://ml.bethelks.edu/issue/vol-58-no-3/article/whoever-will-not-defend-his-homeland-should-leave/
http://www.globalsecurity.org/military/world/vietnam/rvn-af-draft.htm
https://en.wikipedia.org/wiki/Viet_Cong_and_PAVN_strategy,_organization_and_structure#NVA_recruitment_and_training
http://johntreed.com/blogs/john-t-reed-s-blog-about-military-matters/66448067-bisa-belum-bagian-military-draft
http://www.nbcindonesia.com/2015/10/klaim-wilayah-natuna-cina-kerahkan.html
http://www.politico.com/story/2012/01/us-military-draft-ends-jan-27-1973-072085
========== CATATAN EDITOR ===========
Kalo ada di antara kamu yang mau ngobrol atau diskusi sama Marcell tentang sejarah perang dan wajib militer, langsung aja tinggalin komentar di bawah artikel ini.
ISI TULISAN DI ATAS DI COPY DARI https://www.zenius.net/blog/9955/sejarah-wajib-militer-militer-perang UNTUK MEMPERMUDAH PENCARIAN DAN PUBLIKASI BLOG
Comments
Post a Comment