Seperti halnya mahluk hidup, bahasa juga mengalami perubahan dalam laun dalam kurun waktu tertentu. Sebuah kelompok manusia yang tadinya berkomunikasi dalam satu bahasa, gara-gara faktor lingkungan berubah jadi perbedaan dialek, dan ujung-ujungnya jadi bahasa yang bener-bener beda. Jadi, Bahasa Indonesia yang kita pake udah jauh beda sama yang dipake sama nenek moyang kita. Pertanyaannya, ga beda sih bahasa indonesia modern dengan bahasa nenek moyang kita?
Jawabannya akan gua bahas di bawah, tapi singkatnya bahasa kita ini ngalamin berubah signifikan lima kali. Apa aja sih Yuk kita bahas satu persatu deh!
1. Bahasa Proto-Austronesia (5000 SM)
Apaan tuh Bahasa Proto-Austronesia ? Sebetulnya bahasa ini cuma istilah yang dibuat oleh para ahli bahasa untuk bahasa yang dulu pernah dipakai oleh orang-orang Austronesia awal yang hidup sekitar 5.000 tahun yang lalu.
Lho apa yang orang-orang awal Austronesia dengan Bahasa Indonesia? Sekilas gua akan ingetin lo lagi dari tulisan gue sebelumnya tentang sejarah asal-usul penduduk asli di indonesia . Pada orang-orang austronesia ini adalah salah satu rumpun yang merupakan pendatang di Bumi Nusantara ini sekitar 5.000 tahun yang lalu. Rumpun austronesia ini sangat bagus, mencakup suku Melayu, Formosa (Taiwan), Filipina, Polinesia (Hawaii, Selandia Baru, dsb). Muka bulet, idung lebar, rambut item tebal sedikit bergelombang, dan kulit kecoklatan, adalah ciri-ciri bersama satu rumpun Austronesia ini. Jadi sederhananya, rumpun Melayu-Austronesia ini adalah salah satu leluhur dari penduduk Indonesia; yang berarti bahasa indonesia juga merupakan salah satu bahasa dari bahasa yang dipakai oleh orang-orang austronesia ini.
Nah, sekarang balik bahasa Proto-Austronesia yang jadi bahasa leluhur kita tadi. Sebenernya, bahasa proto-austronesia ini adalah bahasa hasil rekonstruksi para ahli linguistik yang merupakan hasil pencarian dan perbandingan seluruh bahasa induk tersebut. Jadi bisa dibilang tingkat akreditasi bahasa para linguistik dengan bahasa ini memang sangat sangat terbatas bahasa yang lebih modern. Maklumlah, penyebutan bahasa ini udah tuuaaa banget (5 ribu tahun coy!) Jadi emang rada susah cari bukti-bukti pelengkap bahasa ini. Acara begitu, para ahli linguistik merekonstruksi bahasa ini dengan sangat hati-hati berdasarkan berbagai macam keunggulan bahasa: "Pasti ada bahasa yang sebelumnya mendahului sebuah bahasa setelahnya". Dari situlah para ahli mencoba merekonstruksi bahasa ini. Seperti apa bahasa hasil bencana para ahli tersebut? Yuk kita simak di bawah ini!
Nah, gitu lah lah para ahli bahasa tentang gimana cara leluhur kita dulu berbicara sekitar 5000 tahun yang lalu. Tapi inget ya, bahasa ini tuh ga diomongin di daerah Nusantara sekarang, tapi di sekitar Taiwan, tempat leluhur orang Melayu berasal. Gimana tuh menurut lo? Ternyata masih ada ya beberapa kata yang lumayan mirip dengan bahasa indonesia modern seperti "i-aku" (aku), "balay (balai)", "danaw (danau)", "berngi (wengi)" dan bahkan ada yang sama seperti kata "bulan"
Okeh, kita lanjut ya ke bahasa berikutnya. Eng ing eeengg!
2. Bahasa Proto Malayo-Polinesia (2000 SM)
Bahasa ke dua yang sekarang kita bahas adalah turunan dari Bahasa Proto-Austronesia. Bahasa yang ini kira-kira mulai muncul setelah leluhur orang Melayu mulai dari Taiwan dan nyebar ke kepulauan-kepulauan di selatan Taiwan. Bahasa Proto Malayo-Polinesia ini akhirnya lambat laun kepecah jadi bahasa-Polynesia (Hawaii, Rapa Nui, Tahiti, Samoa, dsb), dan bahasa-bahasa Melayu (Melayu Riau, Jawa, Batak, Minangkabau, Dayak, Madagaskar, dsb), kira-kira dalam rentang waktu 2.500 tahun yang lalu.
Bahasa Proto Melayu yang merupakan pecahan dari Malayo-Polynesian ini kemungkinan besar diucapkan pertama kali di daerah Borneo (Kalimantan) bagian utara-tengah, sebelum akhirnya berpencar ke keawan Nusantara bagian barat dan tengah dan lambat laun bisa berubah menjadi bahasa Dayak, Melayu Riau, Jawa , Sunda, Minangkabau, Batak, Bali, dsb.
Sayangnya, versi bahasa Proto-Melayu ini belom final dan masih banyak yang sama seperti hasil dari bahasa Proto-Austronesia. Jadinya yaah, kita kali ini ga bisa bermain dengan kata-kata deh seperti pada tabel sebelumnya. Tapi tenang aja, di bahasa selanjutnya kita bisa bermain lagi. Untuk menghibur hati elo sekalian, kita bisa bandeng-bandingin deh bahasa kita sama bahasa Tagalog, bahasa Madagaskar (Malagasi), bahasa Selandia Baru (Maori), dan bahasa Hawaii, yang satu rumpun sama bahasa kita.
Orang gimana Nemu ga kesamaan-kesamaan bahasa-bahasa tersebut? Banyaak banget kan !? Ada sedikit perbedaan-perbedaan dalam satu bahasa, tapi sacara garis besar masih bisa kerasa kesamaannya. Nah, bahasa Proto Malayo-Polinesia ini yang akhirnya nyebar jadi bahasa-bahasa tersebut. Analoginya tuh kaya spesies hewan lah ya, dari famili pecah jadi beberapa genus dan akhirnya berbagai jenis. Bahasa Malayo-Polinesia itu bisa dianalogikan sebagai genus, sedangkan bahasa-bahasa yang di tabel itu bisa diibaratkan dengan spesies.
3. Bahasa Melayu Kuna (0 - 1400 M)
Sekarang, baru deh kita masuk ke cikal-bakal apa yang mau kita sebut sebagai "bahasa indonesia", yaitu bahasa Melayu. Berdasakan tarikhnya, Bahasa Melayu itu dibagi menjadi tiga periode besar yaitu: Bahasa Melayu Kuna, Bahasa Melayu Klasik, dan Bahasa Melayu Modern . Bahasa yang mau kita bahas ini, Bahasa Melayu Kuna, kelebihan bahasa yang kira-kira diucapin sama orang-orang yang bermukim di daerah pesisir timur Sumatera, Semenanjung Malaya, dan pesisir barat Kalimantan.
Bedanya sama bahasa-bahasa yang sebelumnya kita bahas nih, mulai sejak Bahasa Melayu Kuna sampe kita ga lagi pake bahasa perbaikan, tapi bahasa beneran yang digunain sama orang beneran di jaman itu. Tau dari mana? Ya tau dari bukti-bukti yang ditinggalin sama orang-orang di jaman itu. Artinya pada zaman Bahasa Melayu Kuna yang digunakan, masyarakatnya sudah bisa menggunakan media TULISAN sebagai alat berkomunikasi, yang untungnya sebagian dari tulisan itu tetap bertahan dalam bentuk prasasti dan kitab kuno hingga bisa kita teliti di zaman modern.
Nah sekarang kita ngomongin bukti dulu deh, bukti yang paling jelas bisa kita liat di prasasti-prasasti sejak abad 7-14 M. Tapi, apa semua prasasti yang ditemuin di jaman itu semuanya pake Bahasa Melayu Kuna? Ya tidak lah Pas jaman itu, yang lagi terjadi di berbagai wilayah di Nusantara tuh ya Bahasa Sansekerta . Kenapa Sansekerta? Ya karena dulu orang-orang yang bisa nulis tuh cuma orang-orang yang belajar agama Hindu dan Buddha lewat manuskrip-manuskrip puisi Sansekerta.Tapi, untungnya, ada sekeluarga besar (baca: dinasti) manusia yang setiaaa banget pake Bahasa Melayu buat nulis-nulis prasasti
Dinasti yang adalah Dinasti Sailendra . Dinasti yang dipercaya para ahli sejarah berasal dari nama seorang yang bernama Dapunta Salendra yang bermukim di Sumatera ini membawahi dua kekaisaran yang kejayaannya jangkauan setengah dari wilayah indonesia sekarang. Dinasti ini sangat bertenaga pada zamannya sampai-sampai pengaruh diplomasinya seluruh wilayah Asia Tenggara sampai ke negeri Tiongkok! Sayangnya, 2 kekaisaran yang menjadi turunan dari dinasti ini suka berantem , yaitu Kekaisaran Sri Wijaya dan Kerajaan Medang .
banyak yang keliru menyebut K.Medang dengan sebutan Mataram Kuno.
Okeh, balik lagi ke bukti-bukti Bahasa Melayu Kuna. Gue bakal kupas satu per satu nama prasasti sekaligus kata-kata yang ada di prasasti-prasasti tersebut. Sekarang kita bakal bahas mulai dari prasasti yang pertama:
A. Prasasti Sojomerto (akhir 600 M)
Prasasti ini merupakan prasasti paling awal yang anggotanya dipakainya Bahasa Melayu di tulisan-tulisan di Nusantara. Sementara itu, Prasasti-prasasti Kutai dan Tarumanagara yang waktunya lebih lampau itu tidak ditulis dengan bahasa Melayu berlabuh dengan bahasa Sansekerta. Ini dia kutipan isi Prasasti Sojomerto:
"... Dapunta Salendra namah Santanu namanda bapanda Bhadravati namanda ayanda Sampula namanda vininda ..."
Kebayang ga kira-kira isi prasasti ini sebelom gue kasih tau apa? Antara kebaca sama nggak yah? Hehehe .. bumi asli begini:
" Dapunta Salendra namanya, Santanu nama bapaknya, Bhadrawati nama ibu, Sampula nama istri ".
Kebayang jelas kan sekarang? Ada yang menarik tuh satu, kata "bapak" dari jaman dulu tuh "bapa", sementara "ibu" jaman dulu tuh malah "aya". Selain itu, ada tiga kata yang masih kekal sampai sekarang yaitu: " nama ", " bapa ", dan " vini (atau bini)". Kita juga bisa melihat akhiran -nya yang kita pake dalam bahasa modern sekarang (kemungkinan besar) adalah hasil perubahan dari akhiran -nda.
B. Prasasti Kedukan Bukit (683 M)
Prasasti yang paling tua dari Kekaisaran Sri Wijaya ini dibuat atas perintah langsung dari kaisar, yaitu Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Prasasti ini menceritakan tentang keberhasilan Dapunta saat mindahin pusat kerajaan dari Muara Tamuan ke Palembang. Beberapa kutipan menarik dari prasasti ini gue kemukain di bawah ini:
" ... Dapunta Hyang naik di sambau mangalap siddhayarta ... "" ... Dapunta Hyang marlapas dari Minanga Tamwan mamawa jang bala dua laksa dangan dua ratus tsyara di sambau dangan jalan saribu tlu ratus sapuloh dua banyaknya ... "
Nah, makin lama mulai makin kebaca kan kata-kata di atas? Terjemahannya yang bener kayak gini:
"... Dapunta Hyang naik sampan mengambil untung ...""... Dapunta Hyang berlepas (berangkat) dari Muara Tamuan, membawa bala dua laksa (20 ribu) dengan dua ratus pawang di sampan (200 nahkoda) dan seribu tiga ratus sepuluh dua (1312) tentara jalan kaki (infanteri) banyaknya ..."
Nah sekarang lo udah bisa mulai kebayang yah cara ngomong orang jaman dulu itu kayak gimana? Tapi jangan lo bayangin logatnya sama kaya kita sekarang yah. Kita semua yang pada beda provinsi aja bisa berbicara indonesia dengan logat yang beda-beda. Nah orang yang hidup di Sumatera kira-kira 1.300 tahun yang lalu?
C. Kitab Hukum Tanjung Tanah (1377 M)
Kitab yang juga sering disebut sebagai " Naskah Tanjung Tanah " ini bertarikh tahun 1377 M. Kitab ini dikeluarkan oleh Kerajaan Melayu untuk masyarakat Tanjung Tanah, Kerinci, yang waktu itu sedang berada di bawah pimpinan Raja Adityawarman . Sekadar info, Kerajaan Melayu waktu itu lagi jadi kerajaan bawahannya Kekaisaran Majapahit. Nah, yang bikin naskah ini jadi unik karena naskah ini merupakan naskah di Nusantara yang ditulis pake media kertas. Berikut adalah kutipannya:
"... Maling kambing, maling babi danda sapuluh mas. Maling anjing lima mas, anjing basaja, maling anjing mawu sapuluh mas, anjing dipati puan sakian.Anjing raja satahil sapahaMaling hayam sahaya urang, bagi esa pulang duaHayam benua saikur pulang tiga ... "" ... Maling telur hayam, itik, perapati, ditumbuk tujuh tumbuk lima tumbuk urang manangahi, dua tumbuk tuhannya, mukanya diali dangan tahi hayam tida tarisi sakian tengah tiga mas dandanya"
Jadi, isi dari Naskah Tanjung Tanah ini sebenernya bisa-buat makem maling yang ada di Tanah Kerinci di bawah pemerintahan Adityawarman. Kira-kira bisa lo tebak ga tuh isi dari tulisan di atas? Hayoo dicoba duluu ...
Nah, klo udah pada nyerah nyoba, baru deh nih gue kasih tau datum. Makin tahun ke sini makin mirip sama bahasa indonesia yang kita pake sekarang yeh. Berikut ini terjemahannya:
"... Maling kambing, maling babi dendanya sepuluh mas. Maling anjing lima mas, kalau anjing biasa (kampung). Kalau anjing Mawu (lapis) sepuluh mas, anjing dipati pun sekianAnjing raja satu seperempat tahilMaling ayam orang biasa, untuk satu ekor kembalikan duaMaling ayam negeri, untuk melakukan kembalikan tiga ... ""... Maling telur ayam, itik, merpati dipukul tujuh pukulan, lima pukulan oleh yang mergokin, dua pukulan dari yang punya unggas, dan mukanya diusap tai ayam abis itu. Kalau tidak memenuhi, dendanya dua setengah mas "
Sadis yeeeeh, kebayang gak lo 700 tahun yang lalu kalo ketahuan maling ayam digebukin dulu habis itu mukanya ditemplokin buang ayam ?? Huahaha ... Oke, sekarang kita harus beralih ke bahasa yang lebih modern lagi yaitu Bahasa Melayu Klasik.
4. Bahasa Melayu Klasik (1400 - 1800 an)
Sebelum kita lanjut, ada hal penting yang harus lo tahu bisa gampang ngebedain antara Bahasa Melayu Kuna, Klasik, dan Modern. Jadi intinya, perbedaan yang paling mencolok dari ketiga bahasa ini adalah penyerapan kata-kata dari bahasa asing yang berbeda-beda dan juga aksara yang dipake pas nulis.
Pada Melayu Kuna, seperti yang udah dijelasin di atas, banyak banget serapan dari bahasa Sanskerta dan menggunakan aksara Pallawa dan Pre-Nagari . Nah, pada bahasa Melayu Klasik, seiring dengan berkembangnya agama Islam di Nusantara, kata-kata serapan yang banyak diambil juga berasal dari bahasa Arab dan aksara Arab (yang waktu itu dikenal dengan aksara " jawi " ).
Bila nanti Nusantara mulai berlayar orang-orang Eropa, Bahasa Melayu juga mengalami transformasi besar-besaran dalam bentuknya yang terakhir yaitu bahasa Melayu Modern. Nah gara-gara orang Eropa itu tadi, makanya yang dominan itu jadinya banyak kata serapan dari Portugis dan Belanda.Trus udah gitu aksaranya berubah jadi aksara latin .
Oke sekarang kita lanjut bahas Bahasa Melayu Klasik. Kaya gimana sih emangnya? Jadi gini, Bahasa Melayu Klasik itu yang terpojok oleh para pujangga Melayu pas jaman kesultanan-kesultanan di Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di mulai dari penemuannya Prasasti Trengganu sampe ke kisah-kisah hikayat Melayu dan karya-karya pujangga macem Hamzah Fansuridan Nuruddin Ar Raniry .
Pada Bahasa Melayu Klasik, banyak banget kata-kata yang mirip dengan yang kita gunakan sekarang. Hal yang unik untuk bahasa ini adalah: hampir semua kalimat yang nongol di syair, puisi, kisah-kisah dan naskah-naskah BERUPA KALIMAT PASIF . Selain itu, pujangga-pujangga Melayu jaman klasik kayaknya kurang afdol kalo pingin ngomong sesuatu tapi gak panjang. Mereka tuh zaman dulu kalo nguomong puaanjaaang baangeet. Nih gue kasih contoh satu:
" Maka jadinya dibawalah akan mereka itu ke pengakuan Tajul Muluk, demi terpandang akan anak si peladang itu, mesralah ke dalam hatinya, diberinya wang yang tiada berhisab banyaknya serta disuruh perbela akan dia baik-baik. "
Ga tau deh tuh orang biasa ngomongnya juga pada belibet kaya gitu atau cuma pujangga-pujangga doang, tapi ya memang begitulah ciri-ciri bahasa melayu klasik. Satu lagi ciri unik dari Bahasa Melayu Klasik adalah penggunaan kata-kata sambung yang mungkin udah langka di jaman sekarang, macam: Syahdan, Alkisah, Hatta, Kata Sahibul Hikayat , dan sebagainya.
Nah, sekarang gue mau kasih contoh dua buah naskah Melayu Klasik yang beda jaman, sekaligus ngasih lo apa yang ada di dalam bahasa Melayu Klasik itu sendiri. Ada dua naskah yang kita bahas yaitu Prasasti Terengganu (1300 an) dan Kitab Bustan As Salatin (karya Bustanus Salatin) karya Nuruddin Ar Raniry (1636 M).
A. Prasasti Terengganu (± 1300 M)
Ditemukan di daerah Terengganu, Malaysia. Prasasti Terengganu ini adalah prasasti yang pertama menggunakan aksara Jawi , dan juga prasasti pertama yang nyeritain seperti Islam di Nusantara (dalam hal ini Semenanjung Malaya). Karena ditulis pas abad 14M, jangan kaget kalo bahasanya masih banyak pake kata-kata serapan dari sanskerta. Uniknya lagi, masyarakat Melayu waktu itu menggunakan frase "Dewata Mulia Raya" sebagai frase pengganti "Allah SWT", dan tetap buat kata " Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallama " sebagai sebutan Muhammad SAW. Jadi gini nih kira-kira petikan iseng:
" ... Beri hamba Dewata Mulia Raya di benuaku ini penentu agama Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallama Raja mandalika yang benar bicara Dewata Mulia Raya di Bhumi. ""... Keenam darma, barang orang sama balacara laki-laki perempuan setitah Dewata Mulia Raya jika merdeka bujang palu kelas rautan. Kalau merdeka beristeri atawa perempuan bersuami ditanam hinggan pinggang dihembalang dengan batu, matikan . "
Gimana kira-kira? Jelas banget yeh klo ini bikin mirip sama bahasa kita sekarang. Yah, paling ada satu dua kata yang udah ga kepake lagi macam mandalika (gubernur), Dewata Mulia Raya (Allah SWT), balacara (bersenonoh), palu (pukul), rautan (rotan), dihembalang (disakiti). Sisanya pasti lo udah ngerti lah ya. 🙂
B. Kitab Bustan As Salatin (1636 M)
Kitab yang punya judul asli Bustan sebagai Salatin fi Dhikr al Awwalin wa'l Akhirin ini adalah karya terbesar penyair sekaligus ulama Aceh kelahiran Ranir (India) yang bernama Nuruddin Ar Raniry . Karya ini sebenernya tuh merupakan permintaan dari Sultan Iskandar Al Thani , menantu dari Sultan terbesar Aceh, Sultan Iskandar Muda .
Kitab ini nyeritain tentang asal usul alam semesta hingga sejarah raja-raja Sumatera menurut kacamata Ar Raniry. Dari Kitab ini, lo bakal ngeliat gimana bahasa Melayu itu berkembang terus sampai akhirnya mirip sama kita pake sekarang. Langsung aja deh kita bahas kutipan dari kitab ini.
" Kata sahibul-hikayat: Tatkala itu Paduka Raja bermohon kembali. Maka terlalulah banyak kurnia Paduka Seri Sultan Iskandar Thani Alauddin Mughayat Syah akan Raja Johor, makan cincin intan, dan kucing intan, dan anting-anting intan, terlalu cantik indahnya, dan beberapa pakaian yang keemasan yang tuhaifah perusahannya dan beberapa ekor kuda tizi dan keledai . "" Kata Bendahara Paduka Raja yang mengarang Sulalat al Salatin, ia mendengar dari bapanya, ia mendengar dari nininya, datuknya, tatkala Hijrah an-Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassallam seribu dua puluh esa, pada bulan Rabi'ul Awwal, pada hari Ahad, ia mengarang hikayat pada definisi peraturan segala raja-raja yang di kerajaan Negeri Melaka, dan Johor, dan Pahang, dan menyatukan bangsa dan silsilah mereka itu Sultan Iskandar Dzulkarnain . "
Ternyata jarak 300 tahun antara Prasasti Terengganu 1300M dengan Bustan As Salatin (1636) membangun sebuah bahasa menjadi terus berubah yah. Dari yang struktur bahasanya formal dan sederhana menjadi bersyair dan panjang-lebar. Emang sih, Kitab Bustan seperti Salatin ditulis pas banget masa keemasan para pujangga / filsuf / ulama Melayu Klasik. Makanya jadinya terlihat indah seperti puisi, yang menjadi ciri penting Bahasa Melayu Klasik.
Tapi, tidak ada yang abadi . Kejayaan aksara Jawi dan kegemaran orang Melayu untuk bersyair berpantun harus dengan sebuah budaya baru yang mengedepankan efisiensi dalam bertutur, perlu kejelasan informasi tanpa harus ada embel-embel seni, dan bawa sebuah aksara baru, yaitu karakter latin. Di titik inilah kita beralih ke bahasa selanjutnya, yaitu Bahasa Melayu Modern.
5. Bahasa Melayu Modern (1800 - Sekarang)
Setelah berasyik-masyuk dengan sajak-sajak berhiaskan untaian manikam, datanglah segerombolan orang-orang bule aneh untuk berdagang di Nusantara. Di titik ini, Bahasa Melayu udah menjadi bahasa "internasional" buat perdagangan di kawasan Nusantara. Kapur barus dari Sumatera dijual di Jawa pake Bahasa Melayu. Cengkeh dari Ambon dijual di Makassar pake Bahasa Melayu. Emas dari Jawa dijual di Lombok pake Bahasa Melayu. Intinya, dari Sabang, Pahang, Kalimantan, Sabah, Sulawesi, Bali, hingga Semenanjung Kepala Burung di Papua, hampir semua orang saling bicara dengan suku lain pake Bahasa Melayu.
Begitu juga dengan orang-orang bule ini, sama-sama pake Bahasa Melayu untuk bisa dapet harga dari sebuah komoditi di tempat di Nusantara. Sampai akhirnya, arus budaya membawa arus teknologi dan melewatinya. Banyak istilah benda-benda yang diserap sama para leluhur kita dulu dari budaya barat. Buat lo yg pingin tau apa aja sih kata-kata "asing" yang diserap sama leluhur kita dulu, bisa baca di artikel Kak Fajar sebelumnya tentang kata-kata serapan bahasa dalam bahasa indonesia .
Seperti yang gue sebutin pada bagian sebelumnya, ciri utama Bahasa Melayu Modern adalah kalimatnya yang meringkas, penggunaan kata-kata serapan dari Eropa, dan penggunaan aksara Latin. Oleh karena itu, contoh-contoh yang mau gue ambil bagian ini berasal dari naskah-naskah surat kabar mulai dari abad 19 sampai naskah lainnya pada zaman pergerakan dan perjuangan. Kita mulai dari contoh pertama yang mayan tua:
Koran Slompret Melajoe (1884 M)
" Soerat Kabar dan Advertentie , Kloewar saben hari Selasa, Kemis, dan Saptoe "" Ongkos nja Advertentie: jang masoek doewa kali, f1 (satu gulden) di dalem 10 perkataan. Bila katiga kalinja jadi lebieh, maka benar-benar-baijar satengah harga "" ... Orang jang matie tida sembajang sampei diboewang di kali, itoe tida ada atoeran Igama Islam begitoe, dia njata ya pakei dia poenja olo-olo boekan pakei atoeran Igama boleh di bilang itoe anak moerid IMANPOERO ... "
Gimana, pusing gak bacanya? Hehehe. Kata-kata yang gue tebelin itu adalah kata serapan dari Bahasa Belanda. Di artikel di atas lo bisa liat ihwal surat kabar itu terbit hari apa aja, terus ada juga tarif buat ngiklan di situ, dan satu lagi petikan artikel yang kejadian aktual yang baru aja kejadian pas hari itu.
Nah sekarang gimana dong sejarah bahasa dari Bahasa Melayu ke Bahasa Indonesia? Nah untuk topik yang satu itu, Kak Fajar sudah pernah bahas dengan seru proses peralihan ejaan bahasa indonesia dari mulai dari 1901 sampe sekarang di artikel zenius sebelumnya. Di situ lo bisa dapet info panjang lebar dan menarik soal perkembangan bahasa, buletin ejakulasi yang kejadian dari zaman Hindia Belanda sampe zaman sekarang!
****
Oke, begitulah pandangan "singkat" dari gue tentang sejarah perkembangan Bahasa Melayu yang kini kita kenal sebagai Bahasa Indonesia. Moga-moga artikel ini bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan lo semua, terbitan bagi lo yang tertarik pada bidang sastra, linguistik, dan bahasa. Bercinta dengan artikel ini, lo juga bisa memandang ilmu bahasa sebagai sebuah topik yang menarik, gak ngebosenin, dan bisa jadi seru banget apalagi kalo kita kaitkan dengan sejarah, psikologi, sosiologi, dan antropologi. Karena biar bagaimanapun juga bahasa adalah bentuk ekspresi manusia pada zamannya yang sedang berpikir, berkomunikasi, menyatakan pendapat, bertukar pikiran, mencerna ilmu pengetahuan. Sampai jumpa di artikel gue yang berikutnya yak!
Referensi:
Ar Raniry, N. Bustan As Salatin , Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, 1992
Cœdès, G; Damais, L; Kulke, H .; Manguin, Y. Kedatuan Sriwijaya, EFEO - Komunitas Bambu, 2014
Cœdès, G. Asia Tenggara Masa Hindu Buddha, EFEO - KPG, 2010
Collins, J. Bahasa Melayu Bahasa Dunia , Yayasan Obor Indonesia, 2005
Diamond, J. Guns, Germs, and Steel: Sejarah Singkat Semua Orang untuk 13.000 Tahun Terakhir , Vintage, 2005
Kozok, U. Kitab Undang-undang Tanjung Tanah: Naskah Melayu Yang Tertua , Yayasan Obor Indonesia, 2006
http://pacling.anu.edu.au/materials/Blust2013Austronesian.pdf
http://www.pustaka-deptan.go.id
http://language.psy.auckland.ac.nz/austronesian/language.php?id=280
http://language.psy.auckland.ac.nz/austronesian/language.php?id=269
https://en.wikipedia.org/wiki/Proto-Austronesian_language
http://language.psy.auckland.ac.nz/austronesian/language.php?id=269
http://assignment.oum.edu.my/uploadasg/HBML4103SMP/18764/680408055358_128442_final.pdf
========== CATATAN EDITOR ===========
Kalo ada di antara kamu yang mau nanya atau diskusi dengan faisal terkait perkembangan sejarah bahasa melayu, langsung aja tinggalin komentar di bawah artikel ini ya.
ISI TULISAN DI ATAS DI COPY DARI https://www.zenius.net/blog/10296/sejarah-bahasa-melayu-indonesia UNTUK MEMPERMUDAH PENCARIAN DAN PUBLIKASI BLOG
ISI TULISAN DI ATAS DI COPY DARI https://www.zenius.net/blog/10296/sejarah-bahasa-melayu-indonesia UNTUK MEMPERMUDAH PENCARIAN DAN PUBLIKASI BLOG
Comments
Post a Comment